Gunung Slamet, Tambang & Bencana: Kenapa Kita Harus Peduli Sekarang Juga

Daftar Isi
Gunung Slamet, Tambang & Bencana: Kenapa Kita Harus Peduli Sekarang Juga

Gunung Slamet, Tambang & Bencana: Kenapa Kita Harus Peduli Sekarang Juga

Gungung Slamet






Pendahuluan — Sinyal Bahaya di Lereng Slamet

Baru-baru ini, sejumlah akademisi dari Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) menyerukan agar pemerintah kabupaten segera mengecek aktivitas penambangan di lereng Gunung Slamet. Menurut mereka, aktivitas ini bisa membawa konsekuensi serius bagi kelestarian lingkungan dan keselamatan masyarakat.

Seruan ini bukan tanpa dasar. Dunia ilmiah dan pengalaman global menunjukkan bahwa penambangan + deforestasi di daerah lereng/pegunungan sering kali menjadi pemicu kerusakan ekosistem, hilangnya resapan air, longsor, banjir bandang, dan degradasi sungai.

Artikel ini mencoba menggabungkan temuan lokal (kasus Gunung Slamet) dengan data dan studi internasional–nasional agar kita semua bisa memahami dampak jangka panjang jika tidak segera bertindak.


1. Dampak Penambangan & Deforestasi Terhadap Lingkungan dan Risiko Bencana

1.1 Definisi Soal: Mengapa Penambangan di Lereng Itu Berbahaya

Penambangan — terutama pasir, batu, atau mineral di lereng gunung/pegunungan — berpotensi merusak struktur tanah dan vegetasi yang menstabilkan lereng. Begitu vegetasi hilang, akar pohon dan tanaman tidak lagi menahan tanah secara alami.

Beberapa hasil penelitian mempertegas mekanisme ini:

  • Sebuah studi di wilayah pegunungan di Nepal menunjukkan bahwa deforestasi secara signifikan meningkatkan kerentanan terhadap longsor — deforestasi 5–7 tahun sebelum kejadian dapat meningkatkan risiko longsor hingga ~16%. ScienceDirect

  • Di Pulau Jawa dan sekitarnya — misalnya di kawasan pegunungan dan lereng — deforestasi telah diidentifikasi sebagai faktor utama meningkatnya frekuensi longsor dan banjir bandang. Kompas+2NHESS+2

Ketika hujan lebat terjadi, air tidak lagi terserap dengan baik ke dalam tanah. Ia berubah menjadi aliran permukaan (run-off), membawa material longsor, lumpur, dan sedimen — memicu longsor dan banjir bandang.


1.2 Dampak Ekologis & Hidrologis dari Penambangan Pasir/Batuan

Penambangan — khususnya penggalian pasir atau batu — juga mempengaruhi sungai dan kualitas air. Di kawasan pegunungan vulkanik misalnya, penelitian terhadap dampak penambangan pasir pada lereng Gunung Merapi menunjukkan: pengerukan dan pengambilan material sungai merusak ekosistem, merubah topografi, mempercepat erosi, serta merusak jalur resapan air dan sungai. Ecotas Journals+2Universitas Bojonegoro Journal+2

Dampaknya bisa sangat luas: penurunan kualitas air → mempengaruhi irigasi, pertanian, air minum; kerusakan habitat flora-fauna; serta memperparah risiko longsor dan banjir bagi masyarakat di hilir atau pemukiman.


Gunung Slamet, Tambang & Bencana: Kenapa Kita Harus Peduli Sekarang Juga


2. Bukti Riil: Deforestasi + Penambangan = Bencana di Indonesia & Global

2.1 Kasus Indonesia — Banjir & Longsor Makin Marak

  • Baru-baru ini, banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia dikaitkan dengan deforestasi dan alih fungsi lahan, termasuk akibat kegiatan tambang, perkebunan, dan pembangunan tanpa kajian lingkungan yang memadai. AP News+1

  • Curah hujan tinggi memang faktor pemicu, tetapi banyak ahli memperingatkan bahwa tanpa vegetasi yang cukup dan struktur tanah alami (akar, tutupan hutan), efek hujan menjadi jauh lebih parah — memunculkan banjir bandang dan longsor yang mematikan. The Guardian+2SpringerLink+2

2.2 Bukti Global & Pelajaran dari Negara Lain

  • Studi di Himalaya (India) menunjukkan bahwa penambangan pasir dan penggalian sungai menyebabkan perubahan permanen pada morfologi sungai, mempercepat erosi tebing, memperburuk aliran air, dan menurunkan stabilitas ekosistem. The Times of India+1

  • Bahkan di negara maju, pemanasan global + degradasi vegetasi membuat tanah dan lereng jauh lebih rentan longsor: gelombang cuaca ekstrem, hujan deras, dan fenomena seperti “atmospheric rivers” meningkatkan frekuensi longsor secara dramatis. Scientific American

Kasus internasional ini menunjukkan bahwa kerusakan akibat penambangan dan deforestasi bukan masalah lokal—melainkan problem global dan sistemik.


3. Mengapa Gunung Slamet Perlu Diperhatikan dengan Serius

3.1 Karakteristik Geologi & Hidrologi Gunung Slamet

Gunung Slamet berada di pegunungan — sebuah wilayah dengan kemiringan dan kontur yang curam, sekaligus berperan sebagai daerah penyangga: penyimpan air tanah, vegetasi, dan habitat ekosistem.

Ketika di daerah seperti ini terjadi penambangan atau pengerukan — tanpa perencanaan dan pengawasan yang ketat — itu sama seperti “menggali fondasi keamanan alam”. Hutan yang hilang berarti resapan air hilang; tanah menjadi rentan longsor dan tak stabil; sungai mudah tererosi.

Karena itu, aktivitas penambangan di Gunung Slamet — terutama tanpa kajian lingkungan dan tanpa restorasi — sangat berisiko memicu bencana, terutama di masa musim hujan.


3.2 Potensi Dampak bagi Masyarakat & Desa Hilir

  • Mata air dan aliran sungai yang menjadi sumber air bagi desa — bisa menyusut, keruh, tercemar, atau bahkan hilang.

  • Bukit/ lereng yang dulunya stabil bisa longsor — membahayakan pemukiman, pertanian, jalan desa.

  • Saat hujan deras, lumpur & material longsor bisa terbawa sungai → banjir bandang, tanah longsor, kerusakan infrastruktur.

  • Sawah, kebun, kolam ikan warga yang bergantung pada air bersih & sungai bisa rusak, mengancam mata pencaharian.

Dengan kondisi seperti itu, bukan hanya alam yang dirugikan — masyarakat pun berisiko kehilangan masa depan.


4. Seruan untuk Masyarakat & Pemerintah — Apa yang Harus Dilakukan?

Berdasarkan bukti ilmiah dan fakta bencana, berikut langkah konkrit yang harus diambil sekarang juga:

4.1 Untuk Pemerintah (Kabupaten/Provinsi) & Pemangku Kebijakan

  • Hentikan atau moratorium izin penambangan di lereng & kawasan rawan bencana, terutama di Gunung Slamet.

  • Lakukan audit lingkungan menyeluruh terhadap semua izin tambang dan alih fungsi lahan di sekitar pegunungan.

  • Tetapkan kawasan lindung dan konservasi — prioritaskan perlindungan hutan, mata air, dan zona resapan.

  • Libatkan masyarakat dalam pemantauan lingkungan dan restorasi — reboisasi, penghijauan, proteksi sungai.

  • Tegakkan regulasi lingkungan dan sanksi tegas terhadap tambang ilegal atau perusakan lingkungan.

4.2 Untuk Masyarakat, Komunitas Lokal, dan Aktivis Lingkungan

  • Aktif dokumentasikan setiap aktivitas penambangan yang mencurigakan: foto, video — sebagai bukti advokasi.

  • Dorong dialog transparan antara warga, pemerintah desa/kabupaten, dan pemangku izin.

  • Bentuk kelompok atau jaringan masyarakat peduli lingkungan — untuk patroli, reboisasi, dan edukasi.

  • Sosialisasikan kepada pemuda dan generasi penerus pentingnya konservasi alam bagi keselamatan dan masa depan mereka.

  • Dukungan terhadap kebijakan konservasi dan penolakan terhadap eksploitasi yang merusak.


5. Kenapa Kita Tidak Bisa Menunda Lagi — Bencana Sudah Dekat

Berita terbaru menunjukkan bahwa di banyak wilayah di Indonesia dan Asia, bencana seperti banjir bandang, longsor, dan tanah longsor sering datang secara tiba-tiba, menelan korban, dan menghancurkan infrastruktur — bukan karena hanya cuaca ekstrem, tetapi karena kombinasi dari kerusakan lingkungan + perubahan iklim. AP News+3Reuters+3The Guardian+3

Jika kita terus membiarkan penambangan dan deforestasi tanpa kontrol — sambil menghadapi perubahan iklim yang membuat hujan ekstrem makin sering — wilayah seperti Gunung Slamet bisa menjadi potensi “waktu bom” bagi bencana besar.

Mengabaikannya berarti mengorbankan keselamatan — bukan hanya warga sekarang, tapi juga generasi mendatang.


6. Mengikat Antara Nilai Lingkungan, Kehidupan, dan Keadilan Sosial

Menjaga hutan, menolak tambang sembarangan, dan melindungi pegunungan bukan semata soal “alu-aluan” atau “nanggung-nanggung”. Ini soal keadilan hidup: keadilan bagi warga desa kecil yang menggantungkan hidup pada alam; keadilan bagi generasi penerus yang berhak mewarisi alam yang sehat; dan keadilan bagi ekosistem — flora, fauna, sungai, dan seluruh rantai kehidupan.

Tambang dan eksploitasi bisa membawa keuntungan materi cepat — tapi kerugian ekologis, sosial, dan bencana jauh lebih besar. Itulah kenapa konsep pembangunan berkelanjutan harus didahulukan: bukan mengeksploitasi alam, tetapi menjaga dan memulihkan alam — agar manusia dan alam bisa hidup berdampingan secara seimbang.


7. Penutup — Ajakan Bangkit Bersama, untuk Alam dan Manusia

“Ketika kita merusak alam, kita tak hanya merusak pohon. Kita merusak nafas, air, tanah, masa depan  kita merusak kehidupan.”\\\textit{“Ketika kita merusak alam, kita tak hanya merusak pohon. Kita merusak nafas, air, tanah, masa depan — kita merusak kehidupan.”}

Seruan para akademisi terhadap aktivitas penambangan di Gunung Slamet seharusnya menjadi panggilan bagi seluruh pihak: pemerintah, tokoh masyarakat, warga desa, pemuda, dan aktivis. Kita tidak bisa lagi diam, apalagi setengah-setengah. Karena konsekuensinya bukan hanya hilangnya hutan — tapi hilangnya rasa aman, hilangnya sumber air, dan hilangnya masa depan.

Mari bersama — pertahankan Gunung Slamet sebagai kawasan lindung, sebagai sumber kehidupan, bukan sebagai lokasi tambang. Karena menjaga alam berarti menjaga kita semua.




Posting Komentar

Yuk Cek Produk Andalan AIS

Jual Plat Grating AIS Jual Timah Lembaran AIS Jual Glasswool AIs Jual Peredam Atap Buble Foil Jual Screen Baja AIS Jual Plat Expanded AIS Jual Perforated Plate (Plat Lubang) AIS Jual Zinc Anode dan Aluminium Anode AIS Jual Rockwool AIS Jual Flowmeter Tokico (Solar) AIS
Produk Andalan AIS

Jual Plat Grating AIS Jual Timah Lembaran AIS Jual Glasswool AIs Jual Peredam Atap Buble Foil Jual Screen Baja AIS Jual Plat Expanded AIS Jual Perforated Plate (Plat Lubang) AIS Jual Zinc Anode dan Aluminium Anode AIS Jual Rockwool AIS Jual Flowmeter Tokico (Solar) AIS
Yuk Cek Produk Andalan AIS

Jual Plat Grating AIS Jual Timah Lembaran AIS Jual Glasswool AIs Jual Peredam Atap Buble Foil Jual Screen Baja AIS Jual Plat Expanded AIS Jual Perforated Plate (Plat Lubang) AIS Jual Zinc Anode dan Aluminium Anode AIS Jual Rockwool AIS Jual Flowmeter Tokico (Solar) AIS